Saturday, March 29, 2014

Mengapa Sulit Menemukan Lokasi Pesawat MH370 dengan Pencitraan Satelit ?



Teknologi pencitraan satelit (satellite imaging atau remote sensing) sudah sangat maju saat ini, tetapi mengapa (tetap) sulit menemukan lokasi pesawat MAS MH370 yang diperkirakan telah jatuh dengan bantuan pencitraan satelit tersebut? Pertanyaan yang banyak muncul mengingat kemajuan teknologi yang ada saat ini.


Ilustrasi Pencitraan dengan Satelit Orbit Rendah
Cara kerja pencitraan dengan satelit dapat dibayangkan sebagai kamera digital yang dibawa oleh satelit ber-orbit rendah yang mengelilingi bumi untuk memotret permukaan bumi, setiap pengambilan gambar akan disertai dengan koordinat lokasinya sehingga bisa dirangkai menjadi gambar yang bersambung untuk area yang luas. Karena satelit melayang di ketinggian sekitar 600 - 700 km maka terkadang pengambilan gambar terhalang awan yang ada dibawahnya. Ketelitian dari suatu citra atau gambar satelit disebut resolusi spasial, yaitu ukuran obyek terkecil di permukaan bumi yang dapat diambil oleh kamera satelit tersebut. Misalnya resolusi satelit: 0,5 meter (GeoEye-1, WorldView),  1 meter (GeoEye-1, WorldView, Ikonos, QuickBird), 5 meter (GeoEye-1, WorldView, Ikonos, QuickBird), 10 meter (GeoEye-1, QuickBird, WorldView, Ikonos, QuickBird), 15 meter, 30 meter, 100 meter, 1 kilometer, dst. 

Resolusi spasial dari satelit yang digunakan tergantung tujuan yang ingin dicapai, kalau hanya untuk  mengamati situasi dan kondisi hutan yang luas maka cukup menggunakan gambar dari satelit yang beresolusi rendah, dalam orde ratusan meter, karena lebih murah dan mudah didapat.
Dalam kasus dugaan jatuhnya pesawat di laut, diperlukan resolusi gambar yang cukup tinggi karena pesawat setelah jatuh biasanya tidak utuh lagi melainkan pecah menjadi kepingan-kepingan di area yang luas, mungkin dalam ukuran beberapa meter saja. Resolusi gambar yang tinggi tersebut akan membantu membedakan kepingan pesawat dengan benda-benda lain yang kemungkina ada di permukaan laut.

Permasalahannya adalah klasik dalam dunia fotografi, dimana area pengambilan kamera hanya bisa terbatas untuk mendapatkan gambar yang tajam. Jika mengambil area yang sangat luas maka ketajamannya akan sangat berkurang. Sebagai contoh salah satu satelit pencitraan yang populer seperti Ikonos mempunyai gambaran karakteristik sebagai berikut:

-  Area yang dapat diambil setiap pengambilan adalah sekitar 10 km x 10 km untuk resolusi gambar yang tinggi (misalnya resolusi 1 meter), sebagai gambaran bahwa luas Indonesia adalah 8 juta kilometer persegi.

- Setiap harinya Ikonos hanya mampu menyapu area seluas 240 ribu kilometer per segi sesuai dengan lintasan orbitnya mengitari bumi. Hal ini juga disebabkan karena kapasitas storage-nya untuk penyimpanan data dan kapasitas transmisi untuk pengiriman data dari satelit ke penerima di bumi yang juga terbatas.

- Satelit terus bergerak mengelilingi bumi dengan kecepatan sangat tinggi yaitu 72 ribu kilometer per jam, sedangkan pengambilan gambar pada lokasi yang sama akan terjadi selang beberapa hari kemudian (tidak bisa setiap saat yang diinginkan). Ikonos melayang di atas lokasi yang sama setiap 3 hari sekali.

- Pengambilan gambar akan terhalang jika ada awan di bawahnya yang menutupi pandangan di lokasi permukaan bumi yang dituju.

Karena karakteristik tersebut maka pengambilan gambar suatu area di permukaan bumi akan efektif bila koordinatnya telah ditetapkan dan juga pada saat satelit melintas di atasnya tidak ada halangan awan. Koordinat lokasi adalah sesuatu yang sangat sulit didapatkan informasinya pada kejadian pesawat MH370 yanghilang, karena pada awalnya diperkirakan di Laut China Selatan, baru kemudian dikoreksi ke arah Samudera Hindia berdasarkan informasi dari penyelenggara telekomunikasi satelit Inmarsat. Ketika perkiraan koordinat lokasi diperoleh maka area yang perlu diamati jauh menyempit, walaupun masih dalam orde ratusan ribu kilometer persegi. Untuk bisa mengumpulkan gambar pada area yang luas, yaitu puluhan ribu kilometer tersebut, membutuhkan waktu karena seperti disebutkan di atas pengambilan gambar setiap kali satelit melintas adalah terbatas areanya. 
Barangkali solusi yang bisa mempercepat pengambilan gambar lokasi tertentu (yang cukup luas) adalah menggabungkan semua gambar dari satelit yang berbeda, dengan harapan mereka saling melengkapi gambar pada area yang dipantau tersebut.


(Tangsel, 29mar14)