Mematikan auto correction di Android Jelly Bean Fitur buat saya sangat perlu dilakukan karena fitur auto correction (koreksi pengetikan secara otomatis) kurang cocok buat saya yang sering mengetik bahasa campuran Indonesia, Inggris dan bahasa daerah, sehingga fitur ini seringkali sangat mengganggu dan merepotkan.
Untuk mematikan fitur ini dapat dilakukan melalui menu "Settings - Language & Input".
Kemudian hapus centang pada "Spell Checker" dan kemudian klik (sentuh) pada setting untuk "Android keyboard" seperti pada gambar kiri, lanjutkan dengan pilihan "Off" pada "Auto correction" seperti pada gambar kedua di bawah.
(Tangsel 20nov12)
... just to share my experience in information, technology, photography and environmental issues ... ... sekedar berbagi pengalaman dalam teknologi, informasi, fotografi dan isu-isu lingkungan ...
Tuesday, November 20, 2012
Monday, November 12, 2012
Browser Untuk Blogger di Smartphone atau Tablet
Browser untuk blogger di smartphone atau tablet yang cocok dan mudah digunakan untuk layar kecil berdasarkan pengalaman saya yang terakhir adalah Chrome dari Google. Terutama bagi kita yang sering posting tulisan dengan antarmuka grafis seperti di blogspot.com. Chrome menyesuaikan ukuran huruf dan peletakan kursor dengan lebih tepat dibandingkan dengan browser lainnya, sehingga kita lebih mudah mem-posting melalui gadget layar kecil. Dengan Chrome tampilan antarmuka terasa mirip di desktop PC maupun di tablet / smartphone.
(Tangerang 12nov12)
(Tangerang 12nov12)
Saturday, November 10, 2012
Mencoba Android Jelly Bean di Galaxy Nexus
Mencoba Android Jelly Bean 4.1.1 di perangkat Samsung Galaxy Nexus setelah terbiasa dengan Android Ice Cream Sandwich 4.0.4 di Galaxy Tab 2 adalah lebih menyenangkan. Semua aplikasi berjalan baik, terasa lebih cepat dan perpindahan lebih halus, padahal kedua perangkat tersebut memiliki spesifikasi prosesor (dual core) dan memori (1 GB) yang hampir sama. Sehingga dapat dinilai bahwa kerja keras tim Google melakukan peningkatan efisiensi dan keamanan sistem operasi Android sejak dari awal, lanjut ke GingerBread, ICS dan terkini JB ini cukup sukses.
Secara tampilan tidak ada perubahan yang menonjol di JB dibandingkan dengan ICS. Hal-hal lainnya dibahas cukup lengkap di
http://www.androidauthority.com/android-4-0-ice-cream-sandwich-vs-android-4-1-jelly-bean-comparison-video-105805/
(Tangsel 10nov12)
Secara tampilan tidak ada perubahan yang menonjol di JB dibandingkan dengan ICS. Hal-hal lainnya dibahas cukup lengkap di
http://www.androidauthority.com/android-4-0-ice-cream-sandwich-vs-android-4-1-jelly-bean-comparison-video-105805/
(Tangsel 10nov12)
Wednesday, November 7, 2012
Garuda Terminal Berapa ?
Garuda terminal berapa ?
Terminal untuk pesawat Garuda Indonesia Airways di Bandara Soekarno-Hatta ada di sub-terminal 2E dan 2F, bersama dengan Etihad, KLM Royal Dutch Airlines, Korean Air, Lion Air, dan Royal Brunei.
Daftar lengkap terminal penerbangan dapat dilihat di sini.
Terminal untuk pesawat Garuda Indonesia Airways di Bandara Soekarno-Hatta ada di sub-terminal 2E dan 2F, bersama dengan Etihad, KLM Royal Dutch Airlines, Korean Air, Lion Air, dan Royal Brunei.
Daftar lengkap terminal penerbangan dapat dilihat di sini.
Thursday, November 1, 2012
Foto Makro dengan Lensa Dibalik (Reverse Lens)
Membuat foto makro atau pembesaran dari benda atau makhluk kecil seperti semut, nyamuk, lalat, dsb sangat menarik dan cukup menantang tentunya. Untuk peralatan pendukungnya bisa menggunakan lensa makro yang khusus dibuat (baca mahal) atau bisa mencoba bereksperimen dengan lensa yang dibalik (reverse lens) yang murah meriah walaupun dengan segala keterbasannya. Berikut ini dibeberkan teknik foto makro dengan lensa dibalik (reverse lens).
Peralatan yang dibutuhkan adalah kamera DSLR (tentunya), kemudian lensa standar biasa 18-55mm atau bisa dicoba juga lensa lainnya seperti fixed 55mm (dsb), kemudian adalah reverse lens converter yang saat ini sudah banyak dijual di toko-toko kamera.
Perhatikan gambar di sebelah kiri, yang paling kiri adalah lensa standar yang dipasang terbalik dimana ulir bagian depannya dipasangkan ke converter yang terlihat di tengah, dan di sebelah kanan adalah body dari DSLR.
Setelah lensa dan converter dipasang akan tampak seperti gambar di bawah ini. Dimana bagian belakang lensa yang biasanya menempel ke badan dari kamera akan menjadi bagia depan yang berhadapan langsung dengan obyek.
Pada teknik reverse lens ini diafragma lensa akan sangat kecil (f-nya bernilai besar sekali) sehingga butuh pencahayaan yang kuat atau menggunakan flash untuk mendapatkan hasil yang terang. Pada kamera, posisi diafragma akan terdeteksi sebagai f/0 dan tidak bisa diatur, tinggal yang bisa kita mainkan hanya kecepatan bukaan (shutter speed) saja. Dari pengalaman bahwa dengan sinar matahari yang terik bisa menggunakan kecepatan 1/30, 1/15 atau lebih lambat lagi, jika menggunakan flash bisa di sekitar 1/200 atau 1/160.
Untuk mendapatkan hasil foto makro dari nyamuk ladang (yang lebih kecil ukurannya dibanding nyamuk gedongan) yang sedang menghirup darah kaki seperti yang ditampilkan di sebelah ini cukup mudah dengan teknis reverse lens.
Tetapi untuk mendapatkan hasil yang lebih dramatis tentunya mesti telaten dan terus mencoba.
Terutama repotnya adalah karena jarak lensa ke obyek yang harus sangat dekat yakni hanya pada kisaran 3 - 10 cm saja ! Jadi harus lebih hati-hati dalam mengendus obyek yang cukup liar ... Ditambah lagi karena bagian belakang lensa (yang bertukar tempat ke bagian depan) yang lebih berat menyebabkan pengaturan zoom dan fokus (hanya bisa manual) menjadi agak liar dan perlu banyak latihan.
(Tangsel 1-nov-12)
Peralatan yang dibutuhkan adalah kamera DSLR (tentunya), kemudian lensa standar biasa 18-55mm atau bisa dicoba juga lensa lainnya seperti fixed 55mm (dsb), kemudian adalah reverse lens converter yang saat ini sudah banyak dijual di toko-toko kamera.
Perhatikan gambar di sebelah kiri, yang paling kiri adalah lensa standar yang dipasang terbalik dimana ulir bagian depannya dipasangkan ke converter yang terlihat di tengah, dan di sebelah kanan adalah body dari DSLR.
Setelah lensa dan converter dipasang akan tampak seperti gambar di bawah ini. Dimana bagian belakang lensa yang biasanya menempel ke badan dari kamera akan menjadi bagia depan yang berhadapan langsung dengan obyek.
Pada teknik reverse lens ini diafragma lensa akan sangat kecil (f-nya bernilai besar sekali) sehingga butuh pencahayaan yang kuat atau menggunakan flash untuk mendapatkan hasil yang terang. Pada kamera, posisi diafragma akan terdeteksi sebagai f/0 dan tidak bisa diatur, tinggal yang bisa kita mainkan hanya kecepatan bukaan (shutter speed) saja. Dari pengalaman bahwa dengan sinar matahari yang terik bisa menggunakan kecepatan 1/30, 1/15 atau lebih lambat lagi, jika menggunakan flash bisa di sekitar 1/200 atau 1/160.
Untuk mendapatkan hasil foto makro dari nyamuk ladang (yang lebih kecil ukurannya dibanding nyamuk gedongan) yang sedang menghirup darah kaki seperti yang ditampilkan di sebelah ini cukup mudah dengan teknis reverse lens.
Tetapi untuk mendapatkan hasil yang lebih dramatis tentunya mesti telaten dan terus mencoba.
Terutama repotnya adalah karena jarak lensa ke obyek yang harus sangat dekat yakni hanya pada kisaran 3 - 10 cm saja ! Jadi harus lebih hati-hati dalam mengendus obyek yang cukup liar ... Ditambah lagi karena bagian belakang lensa (yang bertukar tempat ke bagian depan) yang lebih berat menyebabkan pengaturan zoom dan fokus (hanya bisa manual) menjadi agak liar dan perlu banyak latihan.
(Tangsel 1-nov-12)
Subscribe to:
Posts (Atom)